Mahasiswa demo “susahkan warga”
Minggu, 07 Maret 2010
, Posted by ARY at 08.42
Belakangan aksi demo terus terjadi hampir disemua daerah di Indonesia. Apa sebetulnya yang mereka perjuangkan? Jawabannya adalah kebodohan lah yang mereka perjuangkan. Betapa tidak, mereka melakukan aksi demo bukan lantaran untuk memperjuangkan rakyat, tetapi hanyalah melakukan aksi hura-hura, dan senang meninggalkan jam kuliah.
Banyak saya temui mereka berdemo hanya sekedar ikut-ikutan, saya sedikit banyak tahu soal itu, sebab saya dulu juga pernah ikut organisasi mahasiswa yang pada akhirnya saya tinggalkan karena saya merasa tidak sepaham dengan pemikiran mereka. Saya anti hura-hura dan anti huru-hara, saya sendiri juga merasa benci dan dongkol terhadap mahasiswa yang suka meninggalkan jam kuliah hanya karena alasan-alasan konyol seperti itu. Mereka berteriak “HIDUP MAHASISWA” padahal mereka sendiri tidak pernah hadir kuliah dan melalaikan tugasnya sebagaimana seorang mahasiswa. Perjuangan bukanlah berupa teriakan dan aksi konyol di jalan, tetapi perjuangan adalah bentuk usaha kita sebagai pelajar, yang tentunya berjuang secara akademik, bukan teriakan omong kosong dan aksi brutal ketika berdemo.
Sebetulnya berdemo boleh saja, asalkan memperhatikan ketertiban umum, memperhatikan kepentingan warga sekitar maupun pengguna jalan. Coba kita pikirkan, kegiatan demo semacam itu hanya menggangu warga dan pengguna jalan, mulai dari pemblokiran jalan sampai aksi bakar ban. Bagi saya, aksi memblokir jalan dan bakar ban di tengah jalan itu sudah termasuk hal brutal, karena seorang mahasiswa yang mestinya bersikap santun, intelektual dan beretika tidak sepantasnya melakukan hal-hal semacam itu. Selain itu pula banyak para pedagang yang jadi tutup tokonya lantaran ada demo, alih-alih para pedagang tidak mendapat penghasilan di hari itu. Pekerja maupun pelajar jadi banyak yang telat datang karena ada demo dijalan. Lalu yang jadi pertanyaan dalam benak saya, sebetulnya rakyat mana yang mereka ingin perjuangkan nasibnya? Sementara warga masyarakat sendiri resah dengan tindakan mereka.

Jakarta













Currently have 0 komentar: